Selasa, Desember 23, 2025
HARGA IKLAN

Top 5 This Week

Related Posts

Kecerdasan Wagub Abdullah Vanath yang Membaca Akar Masalah Rapuhnya Ekonomi Maluku

Oleh: Drs. Muz Latuconsina, MF.

Pernyataan Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, tentang rapuhnya pondasi ekonomi daerah bukan sekadar kritik, melainkan cermin kecerdasan seorang pemimpin yang mampu membaca persoalan hingga ke akarnya. Di tengah euforia pembangunan yang kerap diukur dari besarnya anggaran, Wagub justru mengajak publik melihat hal yang lebih mendasar: bagaimana uang itu bekerja, ke mana ia mengalir, dan sejauh mana ia memberi kehidupan bagi ekonomi rakyat.

Dengan jernih dan lugas, Wagub memaparkan fakta yang sering luput dari perbincangan resmi. Puluhan triliun rupiah dana pusat memang mengalir ke Maluku setiap tahun, namun aliran itu lebih menyerupai arus singgah daripada nadi yang menetap. Gaji dibayarkan, kewajiban kredit dipenuhi, lalu uang kembali bergerak keluar daerah. Analisis ini menunjukkan kecermatan berpikir: masalah Maluku bukan semata kekurangan dana, melainkan lemahnya sirkulasi ekonomi lokal.

Kecerdasan Wagub tampak pada keberaniannya menggeser sudut pandang. Ketergantungan pada dana pusat tidak ia jadikan kambing hitam, melainkan bahan refleksi untuk membangun kemandirian. Ia memahami bahwa ekonomi yang sehat bukan hanya soal besar kecilnya transfer, tetapi tentang produktivitas, daya beli riil, dan kemampuan daerah mengolah potensi sendiri agar nilai tambah tinggal di rumah sendiri.

Lebih dari itu, ajakan Wagub kepada para kepala daerah untuk menjadikan momentum awal pemerintahan sebagai titik balik menunjukkan visi strategis. Ia tidak berbicara dalam bahasa keluhan, tetapi dalam bahasa solusi: membangun pondasi ekonomi yang kuat, berpijak pada potensi lokal, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Ini adalah cara berpikir seorang negarawan, bukan sekadar administrator.

Dalam pernyataannya, kita melihat perpaduan antara kejujuran intelektual dan keberanian politik. Wagub Vanath tidak meninabobokan publik dengan optimisme semu, melainkan menyuguhkan kesadaran kritis bahwa tanpa perubahan arah kebijakan, Maluku akan terus berputar di lingkar ketergantungan.

Di situlah letak kecerdasannya: mampu menyederhanakan persoalan kompleks tanpa menghilangkan kedalamannya, serta menyalakan alarm dini agar Maluku berani melangkah menuju ekonomi yang lebih mandiri, tangguh, dan berkeadilan. Sebuah pengingat bahwa pembangunan sejati dimulai dari pemikiran yang jujur dan visi yang berani. (UK)

Popular Articles